Dalam hidup Soekarno, Inggit Garnasih memegang peran signifikan. Sebagai istri dari presiden Indonesia pertama, Inggit berasal dari keluarga sederhana dengan ayahnya, Ardjipan, dan ibunya, Amsi. Dia lahir pada 17 Februari 1888 di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Menurut eprints2.undip.ac.id, Inggit menikah dengan Soekarno pada 24 Maret 1923, saat berusia 33 tahun dan Soekarno 20 tahun, memiliki perbedaan usia 13 tahun.
Sebelum bersama Soekarno, Inggit telah menikah dua kali. Suami pertamanya adalah Kopral Nataatmadja, patih di Kantor Residen Priangan. Kemudian, dia menikah dengan Hj. Sanoesi, pengusaha dan anggota aktif Sarekat Islam. Walaupun pernikahan ini berakhir, melalui Hl. Sanoesi, Inggit bergabung dengan Sarekat Islam di Jawa Barat.
Inggit menikah dengan Soekarno ketika dia masih menjadi istri Hj. Sanoesi, dan Soekarno masih menikah dengan Siti Oetari, putri HOS Cokroaminoto, seperti yang dinyatakan di eprints2.undip.ac.id. Inggit memiliki peran penting dalam karir politik Soekarno, termasuk saat pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927, dimana Soekarno menjadi ketua.
Selama Soekarno dipenjara di Banceuy dan Sukamiskin serta diasingkan ke Ende, Flores, dan Bengkulu, Inggit setia mendampinginya. Di Bengkulu, Soekarno mengungkapkan keinginannya untuk memiliki keturunan, yang tidak bisa dipenuhi oleh Inggit. Ini berujung pada pernikahan Soekarno dengan Fatmawati dan perceraian Inggit setelah 20 tahun pernikahan. Inggit wafat pada 13 April 1984 di Bandung pada usia 96 tahun.